BANER
MARHABAN YA RAMADHAN
Kegiatan
Pondok Ramadhan 1429 H
SD NEGERI NGEPUNG
MARHABAN YA RAMADHAN
Jika usia kedewasaan seseorang dimulai dari mulai munculnya tanda-tanda fisik yang menunjukkan siapnya seorang manusia untuk “berepropduksi”, maka di antara kita mungkin sudah bertemu dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini kurang lebih lebih 25 kali. Sebanyak 25 kali itu pulalah kita “mesu diri” di dalam kawah “Candaradimuka “ yang bernama puasa, berlatih untuk menjadi makhluk yang dikehendaki-Nya.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam berpuasa terlihat dari sejauh mana perubahan perilakunya pasca Ramadhan. Sungguh karunia yang tidak terkira jika setelah ramadhan kita mendapatkan satu saja perubahan sikap pada diri kita. Dengan demikian, jika setiap Ramadhan kita setidaknya mendapatkan satu sikap yang baik, maka dalam 25 kali Ramadhan kita sudah mendapatkan 25 sikap dan perilaku yang dikehendaki-Nya, subhanallah.
Sebaliknya, sungguh celaka jika setelah ramadahan kita tidak mendapatkan perubahan apa-apa. Ketika bulan Ramadhan kita tidak berani melakukaan perbuatan yang berakibat “batalnya” puasa kita, pasca ramadhan kembali kita “berani” melakukan perbuatan-perbuatan kita yang tidak dikehendaki-Nya karena kita sudah memasuki “bulan biasa”, tidak berpuasa ,sehingga apapun perbuatan terlarang itu tidak akan “membatalkan apa-apa”. Jadilah puasa itu sebagai “rutinitas” yang tidak membawa manfaat apa-apa. Pasca puasa kita kembali pada kebiasaan kita sebelumnya, bekerja sekedarnya, saling telikung, saling tindas, mabuk kekuasaan, mabuk keduniawian, korupsi, memanfaatkan semua situasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, sehingga puasa selama satu bulan lamanya itu tidak membawa hasil apa-apa selain mendapatkan haus dan lapar dan mungkin sedikit menurunkan berat badan.
Menyambut bulan Ramadhan seharusnya dimulai dengan membuat komitmen, satu target tertentu, bahwa kita harus menghindari larangan Allah dan melaksanakan perintahnya. Ada sesuatu yang akan kita ubah pada diri kita dengan memanfaatkan kesempatan di bulan yang suci ini. Target perubahan apa pada diri kita ,tentunya masing-masing orang akan berbeda.
Jika kita memasuki bulan Ramadahan tanpa membuat komitmen,target,atau perencanaan apa-apa, maka puasa kita tentunya tidak akan terarah, tidak akan jelas hasilnya, sama dengan seorang guru yang mengajar tanpa menggunakan RPP.
Walau banyak di antara kita yang mengatakan bahwa diterima atau tidaknya puasa kita adalah urusan-Nya, bukan urusan dan kewenangan manusia. Urusan meningkat atau tidaknya ketaqwaan kita pada-Nya memang hanya Dia yang tahu. Meskipun demikian tejika disederhanakan , dengan membuat perencanaan dan komitmen, mengevaluasi perubahan sikap kita pasca Ramadhan, apa yang berubah pada diri kita, kita dapat mengukur apakah puasa kita ada hasilnya atau tidak.
Meningkatkan kualitas puasa tidak semata-mata terfokus pada bagaimana kualitas prosesnya, tetapi lebih pada kualitas dan kuantitas perubahan sikap, pencapaian “kompentensi”. Puasa bisa dimisalkan proses pembelajaran, Kurikulumnya adalah AlQuran dan hadis, komitmen kita adalah indikator pencapaian kompetensi, evaluasinya adalah perubahan sikap kita, guru dan sekaligus muridnya adalah diri kita sendiri. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tentu tergantung bagaimana pencapaian kompetensi.
Marhaban Yaa Ramadhan,
SD Ngepung tengah melatihkan pada kalifah-Nya yang belum atau baru aqil-baliq agar mereka menjadi terlatih membuat komitmen pada diri sendiri . Meningkatkan kualitas puasa yang benar-benar hakiki. Pertemuannya dengan Bulan Ramadhan di sepanjang hidupnya , kelak akan menjadikan mereka manusia seutuhnya, pintar, kreatif, berbudi pekerti luhur, religius, Whole Child Education. Dengan demikian pada saatnya mereka menggantikan “generasi tua” , mengambil alih dan meneruskan tongkat estafet kemajuan peradaban bangsa Indonesia, mereka benar-benar menjadi warga negara yang sempurna, perwujudan manusia yang dikehendaki dan diidamkan oleh bangsa , negara, dan agama. Warga negara yang mampu membawa Republik Indonesia menandingi kejayaan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.
Nanang Mujiwarna
Head Master
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar